Sabtu, 25 Desember 2010

Tuhanmu Tidak Pernah Tertidur

Jerapah memiliki siklus tidur yang paling pendek di antara semua binatang mamalia. Jerapah hanya tidur antara 10 menit sampai 2 jam di dalam periode waktu 24 jam dan ratarata jerapah hanya tidur 1,9 jam setiap hari. Meski terlihat selalu terjaga, jerapah sama sekali tidak punya kemiripan dengan kebanyakan manusia yang jarang tidur. Kalau kita hanya tidur sebentar, ini kemungkinan karena kita sulit tidur atau menderita insomnia. Namun bagi jerapah, bukan karena kesulitan tidur yang membuatnya hanya tidur sebentar. Itu karena memang Allah menciptakan mereka seperti itu.

Jika Anda berpikir bahwa tidur selama 1,9 jam sehari tidaklah cukup, pikirkan fakta tentang Pencipta dari jerapah, binatang yang bertubuh tinggi ini. Bapa kita di surga tidak pernah tertidur.

Untuk menggambarkan perhatian Allah yang terus-menerus kepada kita, sang Pemazmur mengatakan, “Dia yang menjagamu tidak pernah terlelap” (Mazmur 121:3). Di dalam konteks dari pasal ini, Pemazmur menegaskan bahwa kesiapsediaan Allah untuk senantiasa menjaga kita adalah demi kebaikan kita. Ayat 5 mengatakan, “Tuhanlah Penjaga [kita].” Allah menjaga, melindungi, dan memelihara kita—tanpa memerlukan istirahat sedetik pun. Penjaga kita selalu memikirkan apa yang terbaik bagi kita. Seperti lirik suatu lagu, “Dia tak pernah tidur. Dia tak pernah terlelap. Dia menjagaku siang dan malam.”

Apakah Anda sedang menghadapi masa-masa sulit? Berpalinglah kepada Dia yang tidak pernah tertidur. Setiap detik, perkenankan Dia “menjaga keluar masukmu” (Ayat 8). (WEC; RBC indonesia)

Jika Anda merasa kuatir tentang sesuatu hari ini, ingatlah bahwa Tuhan selalu menjaga Anda, Dia tidak pernah tertidur sedetik pun.

Mazmur 121:2-4
Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel.

Ibu, Wanita Istimewa ( 1 Tesalonika 2:7 ; 1 Timotius 5:4)

Ibu saya, Irene melahirkan delapan orang anak dalam waktu dua belas Tahun.saya adalah anak ketujuh dan merupakan anak perempuan yang terakhir. Ibu tinggal dirumah dan membesarkan anak-anak,hingga saya duduk di bangku TK dan bisa berangkat sekolah sendiri. Sesudah itu,ia mulai bekerja di luar rumah. Ia setia merawat dan membesarkan kami menjadi anak-anak yang mandiri. Ibu bekerja sebagai pengelola perpustakaan di SD dimana saya belajar, juga di sebuah SMP sebagai asisten guru.Ibu disukai oleh anak-anak dan para staf, karena ia suka melakukan banyak hal yang akan membuat orang merasa dikasihi dan diperhatikan.
Ibu adalah wanita yang pandai masak dan jago membuat kue.ia mengikuti kursus membuat kue,sehingga kami anak-anak bisa menikmati kue-kue lezat dengan sukacita. Tak pernah sekalipun ia protes ketika harus menghabiskan separuh harinya untuk membuatkan saya boneka yang indah,ia juga setia membacakan cerita. Sambil duduk di pangkuannya ia menyisir rambut saya, ia menjadi pelindung,penyemangat dan membuat saya merasa nyaman berada di sisinya.
Terkadang saya bertanya mengapa Tuhan mengizinkan suatu penyakit merusak ingatan dan emosi Ibu, sebelum ia dengan ingatan yang normal bisa melihat saya menjadi wanita dewasa dan menyaksikan cucu-cucunya bertumbuh? Mengapa ibu harus mengidap penyakit alzheimer yang telah membuat saya merasa sangat jauh darinya? Ibu tidak lagi mengenal saya dan pengalaman ini begitu menyedihkan. Ya, sangat sedih rasanya melihat wanita yang begitu sayang dan peduli saya, namun kini saya menjadi orang yang asing bagi Ibu.
Setiap kita mempunyai cerita yang berbeda tentang ibu kita masing-masing, wanita yang telah melahirkan dan yang telah membesarkan kita. Sejenak mari kita mengingat lagi perjuangan seorang ibu untuk membesarkan anak-anaknya. Ia bangun pada waktu subuh untuk menyediakan makanan bagi kita,ia mencuci pakaian dan menyediakan semua keperluan kita ketika kita hendak pergi ke sekolah. Terkadang ia harus berteduh di bawah pohon rindang di sekolah, sambil sesekali melongok ke kelas untuk memastikan bahwa anaknya baik-baik saja. Ia mengajari kita menjadi anak yang mandiri dan bermartabat, ia menjahitkan pakaian dan membuatkan kue di hari natal, ia merangkul dan membenamkan kepala kita ke dadanya, ketika kita menangis.
Sungguh,seorang Ibu adalah wanita spesial yang dikaruniakan Tuhan. Tak dapat kita membandingkannya dengan wanita lain manapun.
"Kita dapat merasakan sentuhan Kasih Tuhan disetiap sentuhan Kasih Ibu"
Selamat hari Ibu, untuk semua Ibu dan semua wanita yang akan menjadi seorang Ibu....
Tuhan memberkati....

Good Story

Suatu ketika, ada seorang pria yang menganggap Natal sebagai sebuah takhayul belaka. Dia bukanlah orang yang kikir. Dia adalah pria yang baik hati dan tulus, setia kepada keluarganya dan bersih kelakuannya terhadap orang lain. Tetapi ia tidak percaya pada kelahiran Kristus yang dice rita kan setiap gereja di Hari Natal . Dia sunguh-sungguh tidak percaya.

"Saya benar-benar minta maaf jika saya membuat kamu sedih," kata pria itu kepada istrinya yang rajin pergi ke gereja.."Tapi saya tidak dapat mengerti mengapa Tuhan mau menjadi manusia. Itu adalah hal yang tidak masuk akal bagi saya."

Pada malam Natal, istri dan anak-anaknya pergi menghadiri kebaktian tengah malam di gereja. Pria itu menolak untuk menemani mereka. "Saya tidak mau menjadi munafik," jawabnya."Saya lebih baik tinggal di rumah. Saya akan menunggumu sampai pulang."

Tak lama setelah keluarganya berangkat, salju mulai turun. Ia melihat keluar jendela dan melihat butiran-butiran salju itu berjatuhan. Lalu IA kembali ke kursinya di samping perapian dan mulai membaca surat kabar.

Beberapa menit kemudian, ia dikejutkan oleh suara ketukan. Bunyi itu terulang tiga kali. Ia berpikir seseorang pasti sedang melemparkan bola salju ke arah jendela rumahnya. Ketika ia pergi ke pintu masuk untuk mengeceknya, ia menemukan sekumpulan burung terbaring tak berdaya di salju yang dingin. Burung-burung itu telah terjebak dalam badai salju lalu menabrak kaca jendela ketika hendak mencari tempat berteduh. "Saya tidak dapat membiarkan makhluk kecil itu kedinginan di sini," pikir pria itu.

"Tapi bagaimana saya bisa menolong burung-burung ini?" Kemudian ia teringat akan kandang tempat kuda poni anak-anaknya. Kandang itu pasti dapat memberikan tempat berlindung yang hangat. Dengan segera pria itu mengambil jaketnya dan pergi ke kandang kuda tersebut. Ia membuka pintunya lebar-lebar dan menyalakan lampunya. Tapi burung-burung itu tidak masuk ke dalam..... Secara naluri hewani, makanan pasti dapat menuntun mereka masuk, pikirnya. Jadi ia berlari kembali ke rumahnya untuk mengambil remah-remah roti dan menebarkannya ke salju untuk membuat jejak ke arah kandang. Tapi ia sungguh terkejut. Burung-burung itu tidak menghiraukan remah roti tadi dan terus melompat-lompat kedinginan di atas salju.

Pria itu mencoba menggiring burung-burung itu layaknya seekor anjing menggiring domba, tapi justru burung-burung itu berpencaran kesana-kemari, malah menjauhi kandang yang hangat itu.

Mereka menganggap Saya sebagai makhluk yang aneh dan menakutkan" kata Pria itu pada dirinya sendiri dan saya tidak dapat memikirkan cara lain untuk memberitahu bahwa mereka dapat mempercayai saya. Kalau saja saya dapat menjadi seekor burung selama beberapa menit, mungkin saya dapat membawa mereka pada tempat yang aman...!!!!

Pada saat itu juga, lonceng gereja berbunyi. Pria itu berdiri tertegun selama beberapa waktu, mendengarkan bunyi lonceng itu menyambut Natal yang indah. Kemudian dia terjatuh pada lututnya dan berkata,

"Sekarang saya mengerti," bisiknya dengan terisak. "Sekarang saya mengerti mengapa KAU mau menjadi manusia."

Saudaraku, sering Kita mengalami kejenuhan untuk pergi ke Gereja dan merasa tak ada gunanya. Semoga cerita di atas ini bisa lebih meneguhkan kita akan pentingnya pergi ke Gereja.


INGAT...! Segala Sesuatu Menjadi Indah Pada Waktunya!

Tuhan memberkati.